KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU: PELUANG PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

  • Achmad Rizal Hak Bisjoe Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar
  • Retno Prayudyaningsih Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar https://orcid.org/0000-0003-3604-5406
  • Azikin ` Muchtar Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota Makassar
Keywords: hutan kota, ruang terbuka hijau, luas minimal, Kota Makassar

Abstract

Makassar sampai saat ini masih harus berupaya memenuhi luasan minimal hutan kota, yaitu 10% dari luas wilayah perkotaan yang disyaratkan. Sampai dengan tahun 2011 hutan kota di Makassar, baru mencapai total luasan 67,9 hektare yang tersebar pada 11 lokasi, baik di lahan publik maupun lahan milik. Dengan luas wilayah perkotaan 17.580 hektare, Makassar seharusnya memiliki hutan kota minimal seluas 1.758 hektare (10%). Dengan total luas 67,9 hektare, Makassar baru memenuhi 3,86% luas hutan kota ynag dipersyaratkan. Oleh karena itu, masih kekurangan 96,14% untuk memenuhi persyaratan minimal persentase hutan kota. Untuk maksud tersebut, diperlukan penelitian peluang pengembangan hutan kota di Makassar. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi lokasi yang berpotensi untuk pengembangan hutan kota, berdasarkan prioritas lahan publik yang layak kelola dengan mempertimbangkan beberapa variabel, antara lain: letak, luas, aksesibilitas, kondisi saat ini, potensi vegetasi, aktivitas masyarakat, dan bentuk pemanfaatan lahan. Tujuan penelitian adalah menyajikan bahan rekomendasi kebijakan untuk Pemerintah Kota Makassar tentang peluang pengembangan hutan kota di Makassar dalam upaya memenuhi persyaratan minimal persentase hutan kota yang harus dimiliki. Pendekatan penelitian menggunakan metode survei melalui studi kasus pengembangan hutan kota. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan potensi pengembangan hutan kota di Makassar pada lokasi yang telah diamati berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Kegiatan penelitian juga mencakup kegiatan lapang untuk pengamatan terhadap: kondisi biofisik, kondisi sosial masyarakat, kondisi vegetasi yang ada, potensi ekowisata dan fungsi edukasi. Seleksi lokasi calon hutan kota didasarkan pada peta RTRW kota Makassar 2015 – 2034. Lokasi yang terpilih selanjutnya disurvei untuk memastikan kondisi riil di lapang terkait status lahan, aksesibilitas dan penggunaan lahan dan aktivitas masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan ada 5 wilayah di kota Makassar yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai hutan kota, yaitu: (1) hutan rawa Bung BTP, (2) Waduk Tunggu Pampang, (3) hutan rawa Antang dekat perumahan pemprov Sul-Sel, (4) Eks Terminal Toddopuli, dan (5) sepanjang pantai Tanjung Layar Putih dan Sempadan Sungai Jeneberang. Ditinjau dari aspek biofisik dan sosial, wilayah tersebut layak dikembangkan sebagai hutan kota, dengan tetap mempertimbangkan kepastian status lahan, pemilihan jenis pohon, persiapan lahan, dan koordinasi dengan berbagai pihak terkait.

References

Fakuara, Y., Y. Ontario, S. Widarmana, B. Pranggono dan Sudaryanto. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Fak. Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hajawa. 2018. Pengembangan Hutan Kota Berbasis Valuasi Ekonomi (studi kasus Kota Makassar). Desertasi. Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar. Tidak diterbitkan.

Indriyanto. 2006. Identifikasi dan Kesesuaian Spesies Vegetasi Penghijauan di Kota Bandar Lampung. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Buku I. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Irawan, D. 2009. Peranan Hutan Kota dalam Menjaga Keseimbangan Lingkungan. Diakses tanggal 19 Januari 2011.

Mukhlison, 2013. Pemilihan Jenis Pohon untuk Pengembangan Hutan Kota di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol. VII (1): 37 – 47.

Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.71/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Hutan Kota.

Rijal S. 2008. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar Tahun 2017. Jurnal Hutan dan Masyarakat, Vol.III (1): 65 – 77.

Samsoedin, I. dan E. Subiandono. 2007. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian 2007.

Samsoedin, I. 2010. Pengembangan Hutan Kota/Lansekap Perkotaan. Rencana Penelitian Integratif 2010 – 2014. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor.

Samsoedin, I., dan Waryono, T. 2010. Hutan Kota dan Keanekaragam Jenis Pohon di Jabodetabek. Yayasan Kehati, Indonesia.

Saebo A, Borzan Z, Ducatillion C, Hatzistathis A, Kagerstrom T, Supuka J, Garcia-Valdecantos JL, Rego F, & Slycken JV. 2005. The selection of plant material for street trees, park trees and urban woodland. Springer-Verlag Berling Heidelberg.

Syahadat, E. dan Samsoedin, I. 2013. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Kebijakan, Aspek Zonasi dan Aspek Jenis Pohon. Policy Brief, Vol. 7 (11). Kementerian Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.Setiawan A., H.S. Alikodra, A. Gunawan dan D. Darnaedy. 2006. Keanekaragaman Jenis Pohon dan Burung di Beberapa Areal Hutan Kota Bandar Lampung. Jurnal Manajemen Hutan tropika, Vol XII (1): 1 – 13.

Ahmad, F., Arifin, H. S., Dahlan, E. N., Effendy, S., & Kurniawan, R. (2012). Analisis hubungan luas ruang terbuka hijau (RTH) dan perubahan suhu di Kota Palu. Jurnal Hutan Tropis, 13(2).

Effendy, S. (2007). Keterkaitan ruang terbuka hijau dengan urban heat island wilayah JABOTABEK. (Doktoral), Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lubis, S. H., Arifin, H. S., & Samsoedin, I. (2013). Analisis cadangan karbon pohon pada lanskap hutan kota di DKI Jakarta. JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 10(1).

Miller, R. W., Hauer, R. J., & Werner, L. P. (2015). Urban forestry: planning and managing urban greenspaces: Waveland press.

Pratiwi, Y., Dachlan, E. N., & Prasetyo, L. B. (2016). Kebutuhan Hutan Kota Berdasarkan Emisi Karbondioksida Di Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 6(1), 45.

Subarudi, Samsoedin, I., Sylviani, Syahadat, E., Ariawan, K., Suryandari, E. Y., & Panjaitan, J. H. (2015). Sintesis Penelitian Integratif: Pengembangan Hutan Kota pada Lanskap Perkotaan. In Subarudi, I. Samsoedin, & H. S. Arifin (Eds.).

Tyrväinen, L., & Miettinen, A. (2000). Property prices and urban forest amenities.

Journal of Environmental Economics and Management, 39(2), 205-223
Published
2019-12-12

Most read articles by the same author(s)

Obs.: This plugin requires at least one statistics/report plugin to be enabled. If your statistics plugins provide more than one metric then please also select a main metric on the admin's site settings page and/or on the journal manager's settings pages.